Ketiga Adab Berbicara Termasuk adab yang kurang baik di hari lebaran adalah ketika sebagian besar dari kita membicarakan sesuatu yang tidak bermanfaat. Biasanya di ajang kumpul-kumpul bersama kerabat atau kawan lama, obrolan kian ngelanturtidak terarah. Pembicaraan ngalor-ngidultidak berfaidah.

“Barangsiapa yang dapat memberi jaminan atas apa yang ada di antara dua jenggotnya yaitu lisannya dan yang ada di antara kedua kakinya yaitu kemaluannya, maka aku memberikan jaminan surga kepadanya.” Muttafaq alaih ISLAM mengatur semua aspek dalam hidup seorang muslim, termasuk dalam hal berbicara atau berkata-kata. Dalam Alquran, Allah memberikan petunjuk tentang adab dalam berbicara. Demikian juga yang diajarkan Nabi Muhammad melalui hadis-hadisnya. Apa saja adab berbicara yang diajarkan Islam sesuai Alquran dan hadis? Inilah 15 adab tersebut 1. Menjaga Lisan Islam melarang perkataan batil, dusta, adu domba, ghibah menggunjing dan perkataan keji lainnya. Perkataan buruk itu akan membuat Allah murka. Dari Abu Hurairah Radhiyallahuanhu, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda, “Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak ia pikirkan, lalu Allah mengangkat derajatnya disebabkan perkataan itu. Dan ada juga seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang membuat Allah murka dan tidak pernah dipikirkan bahayanya, lalu ia dilemparkan ke dalam Jahannam.” HR. Ahmad 8635, Bukhari 6478, dan yang lainnya Orang yang berkata-kata kasar atau buruk berarti dia tidak menjaga lisannya. Jika itu terjadi, maka ia bisa tergelincir ke dalam neraka Jahannam. 2. Mengucapkan Perkataan yang Baik atau Diam Dari Abu Hurairah radiyallahuanhu Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak, maka diamlah.” Muttafaqalaih Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, Demikian juga Luqman berkata pada anaknya, “Jika berkata dalam kebaikan adalah perak, maka diam dari berkata yang mengandung dosa adalah emas.” Diriwayatkan bahwa Rasulullah pernah menasehati Muadz bin Jabal, “Maukah kuberitahukan kepadamu kunci semua perkara?” Mau, wahai Rasulullah.’ jawab Muadz. Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda, Jagalah ini.’ Wahai Rasulullah, apakah kami bisa disiksa karena perkataan kami?’ tanya Muadz. Beliau pun menjawab, Celaka engkau, adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya di dalam neraka selain ucapan lisan mereka?” HR. Tirmidzi Perkataan yang baik selain sebagai penyelamat kita dari siksa neraka, ternyata juga termasuk amalan sedekah. Beliau bersabda, “Kata-kata yang baik adalah sedekah.” HR. Bukhari dan Muslim Lisan yang suka mencela atau mencemooh bisa mengantarkan pelakunya pada penyesalan yang sangat dalam. 3. Tidak Mengolok-olok Orang Lain Allah hanya melihat ketakwaan seseorang, bukan bentuk fisiknya. Hal ini telah disebutkan dalam firman Allah “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan sekumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan sekumpulan yang lain, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik…” Hujurat 11 Selain itu, mencela dan mengolok-olok juga merupakan perbuatan zolim terhadap orang lain karena akan menimbulkan sakit hati korbannya. 4. Menjauhi Ghibah dan Namimah adu domba Ghibah adalah setiap ucapan yang disampaikan kepada orang lain tentang kekurangan dan kejelekannya sedangkan dia tidak hadir di hadapannya. Yang jelas, bila ucapan itu sampai kepada orang yang sedang dibicarakan, maka ia tidak menyukainya. Seorang mukmin tidak boleh mencari-cari keburukan atau aib orang lain, kemudian menceritakan aib tersebut kepada orang lain. Hal ini dapat menimbulkan kebencian dan permusuhan antar sesama yang dapat menyenangkan setan. perbuatan ghibah itu sama dengan memakan daging saudaranya sendiri. “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka kecurigaan, karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” QS Al Hujurat 12 Sedangkan namimah atau biasanya disebut dengan adu domba adalah seseorang menyampaikan ucapan orang lain, sebagian mereka terhadap sebagian yang lain dengan tujuan merusak hubungan di antara mereka, seperti memutuskan silaturahmi, saling membenci, bermusuhan dan bahkan sampai kepada peperangan. Maka perbuatan ini termasuk dosa besar. Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam pernah menyebutkan dua dosa penyebab adzab kubur dan beliau sendiri telah menyaksikan serta mendengar secara langsung siksaan itu. Dua dosa tersebut adalah tidak sempurna dalam membersihkan najis air kencing dan melakukan perbuatan ghibah atau namimah. Dari Abu Bakrah radliyallahu anhu, ketika Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berjalan di antaraku dan orang lain tiba-tiba Beliau mendatangi dua buah kuburan. Beliau bersabda, “Sesungguhnya dua penghuni kubur ini sedang diadzab, datangkan sebatang pelepah korma kepadaku”. Berkata Abu Bakrah, “Lalu setelah nabi menyuruh kami, aku pun berlomba dengan kawanku untuk mendapatkannya”. Maka aku bawakan kepada Beliau sebatang pelepah korma, lalu Beliau membelahnya menjadi dua potong. Kemudian meletakkan sepotong pada kubur ini dan sepotong yang lain pada kubur itu. Beliau bersabda, “Mudah-mudahan diringankan adzab dari keduanya selama kedua potong pelepah itu masih basah. Keduanya diadzab bukan karena sebab perkara besar yaitu ghibah dan air kencing”. [HR Ahmad V/ 35-36, 39 dan ath-Thabraniy. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy shahih]. Sesungguhnya, Islam datang untuk menyatukan umat, menyatukan hati, berbaik sangka kepada orang lain serta mengucapkan perkataan baik dan benar. Sedangkan ghibah dan namimah adalah senjata iblis untuk mencerai beraikan manusia dengan menimbulkan kebencian di antara mereka. 5. Tidak Berdusta Yang dimaksud dusta di sini adalah menyampaikan kabar yang tidak benar. Dari Abdullâh bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahualaihi wa sallam bersabda, Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta pembohong.” Ahmad I/384; al-Bukhâri no. 6094 dan dalam kitab al-Adabul Mufrad no. 386. [] SUMBER KITAB SERI ADAB BERBICARA ABU HUDZAIFAH AT-THALIBI MEDIA SHALIH

Membuatsebuah pidato memang bukanlah hal mudah tetapi bukan juga hal yang sulit jika anda tahu pola dan tahapan pembuatan sebuah contoh pidato. Contoh Pidato Agama Islam Tentang Akhlak Terbaru Pidato adalah salah satu aspek dari kegiatan berbahasa yakni berbicara yang dilakukan di depan khalayak ramai dengan tujuan penyampaian ide pendapat

Di era digital, media sosial sudah menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Beragam kemudahan yang tersedia di media sosial menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk terus menggunakannya sebagai sarana komunikasi dan berbagi informasi. Namun, kebebasan dalam bermedia sosial terkadang tidak dibarengi dengan etika yang apik dalam penggunaannya, sehingga lebih banyak menimbulkan mudharat daripada manfaatnya. Untuk itu ada beberapa rambu yang harus dipahami yang mencirikan kita sebagai muslim yang berakhlak. Kebebasan dalam bermedsos ria tak jarang menimbulkan berbagai problematika di tengah masyarakat. Tak jarang informasi yang beredar tidak dapat dipertanggungjawabkan dengan adanya hoaks, fitnah, ghibah, namimah, gosip, fitnah, pemutarbalikan fakta, ujaran kebencian, permusuhan, kesimpangsiuran, informasi palsu, dan hal terlarang lainnya yang menyebabkan disharmonisasi sosial. Adab pertama yang harus diperhatikan seorang muslim dalam bermedia sosial adalah Muraqabah merasa selalu diawasi Allah. Apapun yang kita sebarluaskan di media sosial, termasuk niat dibalik postingan tersebut harus disadari bahwa Allah Maha Mengetahui. Dengan selalu merasa diawasi Allah kita hanya akan menggunakan media sosial untuk hal-hal yang membawa maslahat. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman اِنْ تُبْدُوْا شَيْـًٔا اَوْ تُخْفُوْهُ فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا Artinya “Jika kamu menampakkan sesuatu atau menyembunyikannya, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” QS. Al-Ahzab 54. Dalam hal ini, Majelis Ulama Indonesia MUI dalam fatwanya Nomor 24 Tahun 2017 menyampaikan tentang hukum dan pedoman bermuamalah melalui media sosial. Fatwa ini mengatur tentang hubungan sosial sesama manusia mulai dari mengirim pesan di media sosial hingga cara memastikan kebenaran informasi yang beredar. Seorang muslim harus senantiasa meningkatkan keimanan, mempererat persaudaraan, mengokohkan kerukunan, dan tidak mengajak kepada hal-hal yang maksiat. Penting bagi seorang Muslim untuk melakukan tabayyun klarifikasi ketika mendapatkan informasi yang belum tentu kebenarannya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Hujurat 6 يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ Artinya “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.“ Seorang Muslim dalam menyampaikan informasi harus dengan benar. Islam mengajarkan opini yang jujur dan didasarkan pada bukti dan fakta serta diungkapkan dengan tulus. Tidak menyebarkan informasi yang belum diketahui kebenarannya di media sosial. Istilah ini disebut qaul zur yang berarti perkataan buruk atau kesaksian palsu. Firman Allah SWT pada Al-Hajj 30 ذٰلِكَ وَمَنْ يُّعَظِّمْ حُرُمٰتِ اللّٰهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ عِنْدَ رَبِّهٖۗ وَاُحِلَّتْ لَكُمُ الْاَنْعَامُ اِلَّا مَا يُتْلٰى عَلَيْكُمْ فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْاَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوْا قَوْلَ الزُّوْرِ ۙ Artinya “Demikianlah perintah Allah. Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.” Perintah untuk amar ma’ruf nahi munkar idealnya juga dipedomani seorang Muslim dalam bermedsos. Sudah saatnya media sosial harus dipergunakan untuk mengajak kepada kebaikan, menyalurkan konten positif melalui berbagai platform yang saat ini banyak digemari masyarakat. Sosial media seperti Youtube, Tiktok, Twitter, Facebook, Instagram, dsb merupakan media yang tepat dan mudah untuk menyebarluaskan kebaikan yang bertanggungjawab. Dan kita harus menjadi orang-orang yang masuk dalam golongan amar ma'ruf nahi munkar. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Ali Imran 104 وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ Artinya “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” Semoga, di tengah arus globalisasi dan gencarnya informasi yang tiada henti setiap detiknya saat ini, kita semakin bijaksana dan arif dalam bermedsos ria. Akhlak yang mencerminkan pribadi Muslim harus terus dipedomani sehingga berbagai fasilitas dan kemudahan zaman dapat membawa maslahat untuk umat dan bangsa. Wallahu a'lam bis shawab. Nurul Badruttamam, Sekretaris Lembaga Dakwah PBNU
Artinya "Pertanda orang munafiq ada tiga: Apabila berbicara bohong, apabila berjanji mengingkari janjinya dan apabila dipercaya berbuat khianat" (HR al-Bukhari). Jamaah Jumat hafidhakumullah, Keempat,.وَاْلغِيْبَةَ وَالنَّمِيْمَةَ وَاْلإكْثَارَ مِنَ اْلمُزَاحِ"Jauhkan dirimu dari pergunjingan dan fitnahan serta bercanda secara keterlaluan."
Berikut adalah Kultum singkat tentang akhlak yang disampaikan di Masjid Universitas Darussalam Gontor “Berislam tingkat akhlak atau ihsan? Berislam tingkat akhlak atau ihsan adalah tingkatan islam yg paling tinggi di antara berislam tingkat syariah dan berislam tingkat aqidah”, tegas Dr. Hamid Fahmy Zarkasy. الإ حسان هو أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك “Ihsan yaitu kamu beribadah kepada Allah seakan kamu melihatnya dan apabila kamu tidak melihatnya sesungguh nya Allah melihatmu” “Tetapi berislam tingkat ini terkadang masih banyak disalahkan oleh orang yang berislam dengan jalan tarikat, bertarikat itu berdzikir sebanyak-banyaknya kepada Allah dan beribadah sebanyak-banyaknya kepada Allah. Hingga suatu saat ia tidak melakukannya lagi karna iya merasa sudah menyatu dengan Allah, ini adalah salah satu pemahaman sesaat apabila tidak dibimbing karena iya merasa sudah memperoleh kemampuan seperti karomah”, jelasnya. Didalam al-qur’an ada sekitar 186 ayat yang menyebut kata ihsan dan ternyata ihsan ini perbuatan yang tidak dapat dilihat. Jadi perbuatan yang kita perbuat apakah ini di maqom ihsan atau tidak kita tidak tahu karena itu ada di dalam hati kita, malaikat pun tidak tahu bagaimana suasana hati seorang mu’min, yang tau hanya Allah karena Allah yang membolak-balikan hati seseorang. Apakah dia beriman atau tidak, apakah dia bermaksiat atau tidak, apakah dia ikhlas atau tidak, di dalam surat an-nisa ayat 23 وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانً Berbuat baik kepada orang tua atau berbuat jahat padanya tidak ada yang tau hanya Allah yang tau, oleh karna itu ihsan kepada orang tau harus di lengkapi dengan البر yaitu perbuatan baik seperti selesai melakukan ibadah haji, hajinya haji mabrur haji yang mendapatkan kebaikan-kebaikan Didalam al-qur’an tercatat bahwa ihsan ada sekitar 22 macam perbuatan diantaranya adalah berihsan kepada orang tua, berihsan kepada tetangga, berihsan kepada orang yatim, berihsan kepada teman dan masih banyak lagi jadi mencakup dengan seluruh aspek kehidupan. Tetapi ada orang yang berbuat ihsan kepada setiap orang tetapi dia tidak baik kepada diri sendiri itu di sebut orang yumanis atau orang islam yang so yumanis dia tidak sholat dan tidak berbuat maksiat dia selalu berbuat baik kepada setiap orang tidak pernah berbuat jahat itu sama saja dzholim kepada diri sendiri dan baik kepada orang lain, itu bagi Allah tidak ada gunanya seperti kalian membayar zakat tetapi tidak sholat itu zakat kalian tidak ada apa-apanya maka ihsan bukan berarti sekedar perbuatan baik. Tingkatan perbuatan baik ada tingkatannya Berbuat baik kepada diri sendiriBerbuat baik kepada orang lainBerbuat baik kepada Allah Perbuatan baik kepada diri sendiri penting kepada Allah juga penting tapi yang paling baik perbuatan baik kepada orang lain karena buktinya kalian cinta kepada Allah adalah berbuat baik kepada orang lain maka perkataan seorang sufi Hasan Al-basri berkata aku lebih suka memenuhi hajat sodaraku dari pada I’tikaf setahun lamanya berarti membantu orang lain pahalanya lebih tinggi dari pada I’tikaf, itu hanya satu contoh belum lagi berkata baik kepada sodaranya berbaik sangka kepada sodaranya Maka disini Al-Ustadz Dr Hamid Fahmy Zarkasy ingin mengkholasohnya Tingkat ibadah kepada Allah ada 3, Ali bin Abi Tholib berkata tingkat ibadah yang pertama adalah tingkat ibadah nya orang-orang pedagang karna pedagang ini kalo tidak untung rugi maka iya masih mengitung untung rugi nya, dia hitung pahala-pahala yang besar saja orang-orang seperti ini di sebut al-ibad atau hamba. Kedua adalah ibadahnya seorang ahli ibadah dia menghamba kepada Allah sebagaimana seorang budak pasrah kepada pemilik nya seorang budak yang tidak bisa berbuat apa-apa kecuali yang diperintah tuannya, apa yang di cari oleh orang” ini yaitu dia mencari ridhonya allah, apa yang Allah ridhoi iya kerjakan dan apa yang di larang iya tinggalkan, jangan kan yang di larang yang syubhat aja dia tinggalkan. Ketiga ibadatul arifin yang dia inginkan adalah ma’rifatullah mengenal Allah. mengenal Allah itu engkau memahami apa yang menjadi irodatullah dan Allah memahami yang menjadi ridho Allah. Mengenal Allah adalah tingkatan yang tertinggi orang yang seperti ini dia sudah tidak perlu berdoa karna Allah sudah tau apa yang ada di dalam hatinya dan orang yang seperti ini dia tidak berani meminta kepada Allah karna iya merasa bahwa dirinya hina apalah hak saya meminta sesuatu orang yang fakir ini, keikhlasan orang-orang seperti ini tidak perlu di tanyakan. Al-Muhibbin hidup itu adalah untuk mencintai Allah seperti hadist ini أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْت Dia tidak sholat tahajud, tidak puasa senin kamis tapi ketika ditanya oleh Rassululloh SAW. “Apa yang kamu miliki?”, dia hanya menjawab, “Saya mencintai Allah dan RasulNya”. Berarti kalau tingkat kamu cinta kepada Allah dan RasulNya sholat sedikit banyak amal nya tetapi semua karna Allah ta’ala, hati-hati sholat nya banyak puasanya banyak tapi amal di luar itu tidak ihsan tingkatannya itu seperti saja anda masih berfikir seperti ibadah seorang pedagang. Jadi mari kita awali membiasakan diri beribadah kepada Allah dengan ibadah yang tingkat setinggi-tingginya agar kita meningkat kan keimanan kita setiap hari. Yang dicari bukan pahala meskipun kita yakin akan diberikan pahala oleh Allah, akan tetapi yang kita cari adalah taqorrub kepada Allah. اللهم إني أسألك حبك وحب من يحبك، وحب كل عمل يقربني إلى حبك Apabila kita dicintai oleh Allah hidup di dunia maka anda tidak perlu khawatir maka dari itu kita harus mencitai Allah. Ini adalah tingakatan-tingkatan bagaimana kita berislam, maka islam adalah amal di dalam qur’an di sebut الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ Jadi berihsan seperti ini, kalau dia berkata dia tidak berkata yang buruk, kalo dia berbuat dia tidak pernah berbuat yang dilarang, kalo dia melakukan sesuatu dia berniat untuk mencari ridho tuhan, dan cintanya cinta kepada Allah SWT. Kultum singkat tentang Akhlak ini disampaikan oleh Dr Hamid Fahmy Zarkasyi, Wakil Rektor I Universitas Darussalam Gontor ِArtikel Terkait Kultum Semoga Kultum Singkat tentang Akhlak ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiiin.
KultumSingkat Tentang Kejujuran 5 - Orang Yang Dusta Dikatakan Orang Yang Jujur Pencarian Kultum Singkat Tentang Kejujuran Beserta Dalilnya Kultum Singkat Tentang Kejujuran 1 - Anak dan Kejujuran Kejujuran sangat kental dengan adab berbicara.
Sumber gambar Berbicara soal adab memang tidak ada habisnya. Karena ia adalah sesuatu yang sangat erat, dan dekat dengan manusia. Bahkan mungkin, tiap detiknya kita selalu terkait dengan hal tersebut. Mengingat pentingnya adab, maka tidak ada salahnya untuk menyampaikan kultum tentang adab. Dan salah satu adab yang paling menarik untuk dibahas adalah adab berbicara. Nah, berikut adalah contoh kultum tentang adab berbicara yang bisa anda coba. Kultum tentang Adab Berbicara ٱلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّٰهِ وَبَرَكَاتُهُإِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُAlhamdulillah. Bersyukur kita atas segala rahmat yang telah Allah berikan kepada kita tiada henti. Dan semoga kita senantiasa menjadi hamba Nya yang senantiasa bersyukur, atas apapun yang telah Allah berikan. Termasuk hal-hal sulit pastinya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan alam, Rasulullah Muhammad, yang berjuang demi tegaknya kalimat la ilaha illallah, masyaallah. Hadirin yang semoga senantiasa dalam lindungan Nya.......Islam merupakan agama yang kamil. Yang mana, semua bagian dari hidup kita diatur dengan sangat rinci. Sehingga, tidak ada yang namanya tidak punya arah dan tujuan. Bahkan, semuanya telah diatur secara baik dan tepat, mulai dari kita bangun tidur hingga tertidur kembali. Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin yang ajarannya memberikan kedamaian kepada semua umat. Yang di dalamnya terdapat adab-adab yang meski dijalankan oleh setiap pemeluknya. Nah, salah satu adab yang mungkin kerap terlewatkan oleh kita adalah adab berbicara. Ya, meskipun terkesan sederhana atau bahkan sepele, sebagai umat Islam juga akan lebih baik jika kita tahu bagaimana sebenarnya adab berbicara di dalam Islam? Adapun salah satu adab berbicara yang dicontohkan oleh Rasulullah adalah dengan berbicara secara tenang, tidak terlalu cepat. Mengapa demikian? Ternyata, tatkala kita berbicara dengan tempo yang cepat, dapat membuat lawan bicara kita merasa kesulitan dalam memahami apa makna pembicaraan yang dilakukan. Namun tatkala kita berbicara dengan tenang, tidak terlalu cepat, justru akan membuat orang yang mendengarkan lebih mudah memahami maksud yang kita sampaikan. MasyaAllah. Tentu saja, adab ini adalah adab yang sangat mulia, sebab kita berusaha memberikan yang terbaik terhadap orang orang yang ada di sekeliling kita. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibunda Aisyah, beliau mengatakan أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَ يُحَدِّثُ حَدِيثًا لَوْ عَدَّهُ العَادُّ لَأَحْصَاهُ“Sesungguhnya yang menjadi kebiasaan Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika berbicara adalah jika seandainya ada orang yang menghitungnya, niscaya dia akan mampu menghitungnya.” HR. Bukhari no. 3567 dan Muslim no. 2493Dan di dalam hadist yang lain juga disebutkan إِنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَكُنْ يَسْرُدُ الْحَدِيثَ كَسَرْدِكُمْ“Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidaklah berbicara dengan cepat nyerocos seperti kalian.” HR. Muslim no. 2493Melihat cara berbicara Rasulullah yang demikian, tentu kita bisa berkaca kepada adab berbicara yang selama ini kita lakukan atau terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan tidak bisa dipungkiri bahwasanya nggak sedikit di antara kita yang justru mempunyai karakter berbicara yang terkesan cepat, atau terburu-buru. Meski sebenarnya tidak ada yang harus dikejar. Iya kan? Jika ternyata berbicara dengan cepat, terburu buru sudah menjadi kebiasaan kita, maka sudah waktunya kita berbenah saudaraku. Kemudian adab berbicara selanjutnya adalah berbicara yang baik-baik saja. yakni kita dilarang mengatakan sesuatu yang buruk, sebagaimana hadits Rasullah berikutمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ رواه البخاريArtinya "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia mengatakan yang baik atau hendaklah ia diam" HR. Bukhari.kemudian adab berbicara selanjutnya adalah hendaknya kita tidak berbicara secara diam-diam berbisik-bisik antara dua orang dan meninggalkan orang yang ketiga. Hal itu sebagaimana sabda hadits Rasulullah berikutوَعَنِ ابنِ عُمَر رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِِذََا كَانُوا ثَلَاثَةٌ فَلَايَتَنَاجَى اثْنَانِ دُونَ الثَّالِث". متفق عليه. Artinya "dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda "Apabila berkumpul tiga orang maka janganlah dua orang di atara mereka itu berbisik-bisik tanpa menyertakan orang ke tiga". Muttafaq alaihiJadi jika sedang bertiga dengan teman-teman, maka janganlah kita berbisik-bisik dua orang dan meninggalkan teman yang lain, karena itu menimbulkan prasangka buruk, dan bisa membuatnya yang dirahmati Allah..........Setelah mengetahui adab-adab berbicara diatas, kita harus menerapkan dalam kehidupan sehari hari. Mengapa demikian? Ya tentu saja agar membuat orang lain, atau lawan bicara kita bisa memahami maksud yang ingin kita sampaikan. Mereka bisa mengambil pelajaran dari obrolan yang dilakukan, dan mengambil pelajaran dari apa yang mereka dengar. Jangan sampai nih, kita menyampaikan sesuatu yang sangat bermanfaat sebenarnya, namun ternyata karena tempo bicara kita yang terlalu cepat justru membuat pesan tersebut tidak tersampaikan, sebab tidak terdengar dan tertangkap baik oleh orang yang mendengarkannya. Selain itu agar tidak terjadi perselisihan diantara kita disebabkan perkataan kita yang buruk atau karena prasangka buruk yang timbul karena pembicaraan yang diam-diam bisik-bisik diantara kita. Maka dari itu, marilah sama sama kita mulai perbaiki adab berbicara kita. Kepada siapapun itu. Demikian kultum tentang adab berbicara kali ini, semoga bermanfaat. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. seorang mu'min itu bukanlah pencela atau pengutuk atau yang keji pembicaraannya".. (HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adab al Mufrad dan dishahihkan oleh Al-Albani). Menghindari sikap memaksakan diri dan banyak bicara di dalam berbicara. Di dalam hadits Jabir Radhiallaahu 'anhu disebutkan:
Adab Berbicara Menurut Islam- Bismillah, sudah selayaknya bagi setiap muslim agar menjaga etika dan adab ketika berbicara seperti yang sudah diajarkan oleh Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam melalui haditsnya yang shahih.. Berbicara sesuai tuntunan Rasulullah dapat menyelamatkan kita dari siksa neraka dan memasukkan kita ke dalam surga. Dari Sahl bin Saad radhiyallahu anhu, beliau bersabda, مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ متفق عليه "Barangsiapa yang dapat memberi jaminan atas apa yang ada di antara dua jenggotnya yaitu lisannya dan yang ada di antara kedua kakinya yaitu kemaluannya, maka aku memberikan jaminan surga kepadanya." Muttafaqun alaih Apa saja adab-adab berbicara dalam Islam? Berikut ini adab-adabnya 1. Menjaga Lisan Adab berbicara pertama ialah menjaga lisan. Kita sebagai seorang muslim hendaknya bisa menjaga lisan dengan sebaik-baiknya. Kita wajib menghindari perkataan batil, dusta, adu domba, ghibah menggunjing dan perkataan keji lainnya. Selain itu, dengan perkataan yang buruk akan membuat Allah murka. Dari Abu Hurairah Radhiyallahuanhu, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda, إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً ، يَرْفَعُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً يَهْوِى بِهَا فِى جَهَنَّمَ "Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak ia pikirkan, lalu Allah mengangkat derajatnya disebabkan perkataan itu. Dan ada juga seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang membuat Allah murka dan tidak pernah dipikirkan bahayanya, lalu ia dilemparkan ke dalam Jahannam." HR. Ahmad 8635, Bukhari 6478, dan yang lainnya Lihatlah di sana dijelaskan bahwa jika ada seseorang yang tidak menjaga lisannya maka ia bisa tergelincir ke dalam neraka Jahannam. Jadi pikirkanlah dahulu sebelum berbicara. Jika memang bermanfaat barulah berbicara. Jika tidak, hendaklah ia menahan lisannya. 2. Mengucapkan Perkataan yang Baik atau Diam juga Termasuk Adab Dari Abu Hurairah radiyallahuanhu Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda, مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak, maka diamlah." Muttafaqalaih Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, Adakalanya diam itu lebih baik daripada berbicara, sehingga ada perkataan bahwa diam itu emas. Luqman berkata pada anaknya, "Jika berkata dalam kebaikan adalah perak, maka diam dari berkata yang mengandung dosa adalah emas." Perlu kita ketahui bahwa lisan yang suka mencela atau mencemooh bisa mengantarkan pelakunya pada penyesalan yang sangat dalam. Rasulullah pernah menasehati Muadz bin Jabal, "Maukah kuberitahukan kepadamu kunci semua perkara?" 'Mau, wahai Rasulullah.' jawab Muadz. Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda, 'Jagalah ini.' 'Wahai Rasulullah, apakah kami bisa disiksa karena perkataan kami?' tanya Muadz. Beliau pun menjawab, 'Celaka engkau, adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya di dalam neraka selain ucapan lisan mereka?" HR. Tirmidzi Perkataan yang baik selain sebagai penyelamat kita dari siksa neraka, ternyata juga termasuk amalan sedekah. Beliau bersabda, "Kata-kata yang baik adalah sedekah." HR. Bukhari dan Muslim Ucapan yang baik adalah semua perkataan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah, seperti tasbih, tahlil, takbir, tahmid, amar ma'ruf nahi mungkar, membaca al Quran, mengajarkan ilmu dan bersikap ramah kepada orang lain serta ucapan yang dapat menyenangkan hati orang lain. Sedekah tidak harus dengan harta. Allah menghitung perkataan yang baik juga sebagai sedekah. Subhanallah indahnya Islam, karena memberi kesempatan kepada siapapun untuk bersedekah, tidak hanya orang-orang kaya saja. 3. Tidak Mengolok-olok Orang Lain Adab berbicara dalam Islam yang ketiga adalah tidak boleh mengolok-olok orang lain karena kekurangannya. Mencela kekurangan orang lain berarti mencela ciptaan Allah. Orang yang mengolok-olok pun belum tentu lebih baik dari yang diolok-olok. Adakalanya mereka lebih baik dari kita. Walaupun secara fisik mereka mempunyai kekurangan. Karena Allah hanya melihat ketakwaan seseorang, bukan bentuk fisiknya. Hal ini telah disebutkan dalam firman Allah Hujurat 11 "Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan sekumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan sekumpulan yang lain, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik..." Selain itu, mencela dan mengolok-olok temannya juga akan membuat hatinya sedih, tersakiti dan bisa jadi malah marah. Hal itu akan membuat pinti-pinti syaitan terbuka baginya. Mari nasehati saudara kita yang masih senang mencela saudaranya. 4. Menjauhi Ghibah dan Namimah adu domba Apa itu ghibah? Ghibah adalah setiap ucapan yang disampaikan kepada orang lain tentang kekurangan dan kejelekannya sedangkan dia tidak hadir di hadapan kita. Yang jelas, bila ucapan itu sampai kepada orang yang sedang dibicarakan, maka ia tidak menyukainya. Seorang mukmin tidak boleh mencari-cari keburukan atau aib orang lain, kemudian menceritakan aib tersebut kepada orang lain. Hal ini dapat menimbulkan kebencian dan permusuhan antar sesama yang dapat menyenangkan setan. Allah telah berfirman dalam surat al-Hujurat ayat 12. Yakni menyamakan perbuatan ghibah dengan memakan daging saudaranya yang telah mati, tentu hal ini sangatlah menjijikan, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka kecurigaan, karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." Lalu apa itu namimah? Sedangkan namimah atau biasanya disebut dengan adu domba adalah seseorang menyampaikan ucapan orang lain, sebagian mereka terhadap sebagian yang lain dengan tujuan merusak hubungan di antara mereka, seperti memutuskan silaturahmi, saling membenci, bermusuhan dan bahkan sampai kepada peperangan. Maka perbuatan ini termasuk dosa besar. Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam pernah menyebutkan dua dosa penyebab adzab kubur dan beliau sendiri telah menyaksikan serta mendengar secara langsung siksaan itu. Dua dosa tersebut adalah tidak sempurna dalam membersihkan najis air kencing dan melakukan perbuatan ghibah atau namimah. عن أبي بكرة رضي الله عنه قَالَ بَيْنَمَا النَّبِيُّ صلى الله عليه و سلم يَمْشِى بَيْنىِ وَ بَيْنَ رَجُلٍ آخَرَ إِذْ أَتَى عَلَى قَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّ صَاحِبَيْ هَذَيْنِ اْلقَبْرَيْنِ يُعَذَّبَانِ فَائْتِيَانىِ بِجَرِيْدَةٍ قَالَ أَبُو بَكْرَةَ فَاسْتَبَقْتُ أَنَا وَ صَاحِبىِ فَأَتَيْتُهُ بِجَرِيْدَةٍ فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَوَضَعَ فىِ هَذَا اْلقَبْرِ وَاحِدَةً وَ فىِ ذَا اْلقَبْرِ وَاحِدَةً قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفَّفُ عَنْهَمَا مَا دَامَتَا رَطْبَتَيْنِ إِنَّهُمَا يُعَذَّبَانِ بِغَيْرِ كَبِيْرٍ اْلغِيْبَةِ وَ اْلبَوْلِ Dari Abu Bakrah radliyallahu anhu berkata, ketika Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berjalan di antaraku dan orang lain tiba-tiba Beliau mendatangi dua buah kuburan. Beliau bersabda, "Sesungguhnya dua penghuni kubur ini sedang diadzab, datangkan sebatang pelepah korma kepadaku". Berkata Abu Bakrah, "Lalu setelah nabi menyuruh kami, aku pun berlomba dengan kawanku untuk mendapatkannya". Maka aku bawakan kepada Beliau sebatang pelepah korma, lalu Beliau membelahnya menjadi dua potong. Kemudian meletakkan sepotong pada kubur ini dan sepotong yang lain pada kubur itu. Beliau bersabda, "Mudah-mudahan diringankan adzab dari keduanya selama kedua potong pelepah itu masih basah. Keduanya diadzab bukan karena sebab perkara besar yaitu ghibah dan air kencing". [HR Ahmad V/ 35-36, 39 dan ath-Thabraniy. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy shahih]. Perlu kita ketahui bahwa Islam datang untuk menyatukan umat, menyatukan hati, berbaik sangka kepada orang lain serta mengucapkan perkataan baik dan benar. Sedangkan ghibah dan namimah adalah senjata iblis untuk mencerai beraikan manusia dengan menimbulkan kebencian di antara mereka. 5. Tidak Berdusta Saya yakin semua orang pasti sudah tahu bahwa berdusta bukanlah perbuatan yang mulia, melainkan sangat tercela dan tidak terpuji. Yang dimaksud dusta di sini adalah menyampaikan kabar yang tidak benar. Selain itu berbohong merupakan perbuatan yang dapat menghantarkan pelakunya ke Neraka. عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا Dari Abdullâh bin Mas'ud Radhiyallahu anhu, ia berkata "Rasûlullâh Shallallahualaihi wa sallam bersabda, 'Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta pembohong." [ Ahmad I/384; al-Bukhâri no. 6094 dan dalam kitab al-Adabul Mufrad no. 386 At-Tirmidzi berkata, "Hadits ini hasan shahih."] 6. Menghindari Perkataan yang Keji Perkataan yang baik akan menentramkan hati dan berpahala besar. Oleh karenanya, Rasulullah senantiasa menekankan agar kita menjauhi perkataan yang keji, melaknat, perkataan kotor dan lainnya. Rasulullah bersabda, "Bukan seorang mukmin apabila ia suka menghujat, suka melaknat, berkata keji dan buruk." HR. Tirmidzi 7. Sedikit Berbicara Adab yang ketujuh adalah sedikit berbicara dan menghindari banyak bicara, sebab banyak bicara merupakan salah satu sebab terjatuhnya seseorang ke dalam dosa. Rasulullah bersabda, "Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh tempat duduknya di antara kalian dariku pada hari kiamat adalah orang-orang yang banyak bicara, orang yang memfasih-fasihkan cara bicaranya dan orang yang sombong." HR. Tirmidzi Dari hadits di atas menunjukan bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam tidak menyukai orang yang banyak bicara. Dan para sahabat pun tidak menyukai orang yang banyak bicara. Umar bin Khattab pernah menyampaikan, "Barangsiapa yang banyak bicara, maka ia akan sering melakukan kesalahan." Maka dari itu jagalah lisan kita dengan tidak berlebihan dalam berbicara apalagi kepada lawan jenis yang bukan mahramnya. 8. Tidak Menceritakan Semua yang Didengarkan Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda, كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ Termasuk kedustaan seseorang apabila dia menceritakan segala apa yang didengarnya. HR. Muslim Biasanya kita mendengar berita adakalanya benar dan terkadang dusta. Jika kita tidak memastikan kebenaran suatu berita yang kita dengar maka kita tidak akan lolos dari dusta. Oleh karena itu kita dilarang tidak menceritakan apapun yang kita dengar sebelum mencari kebenarannya. 9. Meninggalkan Perdebatan Walaupun Kalian Benar Poin kesembilan juga banyak dilakukan oleh masyarakat hari ini, apalagi sekarang ini adalah masa media sosial. Di mana banyak sekali yang terbawa arus dalam perdebatan-perdebatan yang tak ada manfaatnya. Padahal nabi sendiri telah memerintahkan kita agar tidak larut dalam perdebatan, meskipun kita dalam posisi yang benar. Beliau bersabda, ﻋَﻦ ﺃَﺑِﻲ ﺃُﻣَﺎﻣَﺔ ﻗَﺎﻟَﻘَﺎﻝ ﺭَﺳُﻮﻝ اﻟﻠَّﻪ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪ ﻋَﻠَﻴْﻪ ﻭَﺳَﻠَّﻢ ﺃَﻧَﺎ ﺯَﻋِﻴﻢ ﺑِﺒَﻴْﺖ ﻓِﻲ ﺭَﺑَﺾ اﻟْﺠَﻨَّﺔ ﻟِﻤَﻦ ﺗَﺮَﻙ اﻟْﻤِﺮَاء ﻭَﺇِﻥ ﻛَﺎﻥ ﻣُﺤِﻘًّﺎ ﻭَﺑِﺒَﻴْﺖ ﻓِﻲ ﻭَﺳَﻄ اﻟْﺠَﻨَّﺔ ﻟِﻤَﻦ ﺗَﺮَﻙ اﻟْﻜَﺬِﺏ ﻭَﺇِﻥ ﻛَﺎﻥ ﻣَﺎﺯِﺣًﺎ ﻭَﺑِﺒَﻴْﺖ ﻓِﻲ ﺃَﻋْﻠَﻰ اﻟْﺠَﻨَّﺔ ﻟِﻤَﻦ ﺣَﺴَّﻦ ﺧُﻠُﻘَﻪ "Aku menjamin sebuah istana di sekitar surga bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan walaupun dia dalam keadaan benar. Dan dipertengahan surga bagi seorang yang meninggalkan kedustaan walau dalam bercanda dan di bagian surga tertinggi bagi yang terpuji akhlaknya." HR. Abu Dawud, dalam sunannya, no 4167 10. Menjaga Rahasia Saudaranya juga Termasuk Adab Berbicara Menjaga rahasia termasuk amanah yang wajib untuk dijaga dan disembunyikan. Seseorang yang melepasluaskan rahasia termasuk orang yang mengkhianati amanah. Dan perbuatan tersebut merupakan salah satu dari sifat orang-orang munafik. Tsabit dari Anas pernah bercerita, "Rasulullah pernah menjumpaiku di saat saya sedang bermain dengan dua anak kecil. Kemudian beliau mengucapkan salam kepada kami. Lalu beliau mengutusku untuk suatu keperluan, sehingga aku terlambat menjumpai ibuku. Ketika aku tiba, ibuku bertanya, 'apa yang menghambatmu?' Aku menjawab, 'Tadi Rasulullah mengutusku untuk suatu keperluan.' Ibuku bertanya, 'apakah keperluan beliau tersebut?' Aku menjawab, 'Keperluan beliau tersebut suatu rahasia.' Ibuku mengatakan, 'Janganlah engkau ceritakan rahasia Rasulullah itu kepada siapapun." 11. Menghomati yang Lebih Tua dalam Berbicara Adab selanjutnya adalah menghormati yang lebih tua dengan mendahulukannya dalam berbicara. Mungkin ini juga termasuk adab berbicara terhadap orang tua yang usianya lebih tinggi dibandingkan kita. Dari Rafi' bin Khudaq dan Sahl bin Abi Hatsmah, keduanya mengatakan bahwa Abdullah bin Sahl dan Muhaishah bin Mas'ud mendatangi Khaibar. Keduanya terpisah dalam peperangan, kemudian Abdullah bin Sahl terbunuh. Maka Abdurrahman bin Sahl, Huwaishah dan Muhaisah yang keduanya anak Mas'ud mendatangi nabi. Mereka membicarakan perkara sahabat mereka. Mulailah Abdurrahman berbicara di mana ia yang paling muda pada kaum tersebut. Maka Nabi berkata kepadanya, "Muliakanlah orang tua." Maksudnya hendaklah yang berbicara terlebih dahulu adalah yang lebih tua." Itulah salah satu adab berbicara, terutama kepada orang yang lebih tua. Sangat dilarang untuk mendahului mereka dalam berbicara atau malah membentaknya. 12. Tidak Memotong Pembicaraan Orang Lain Tidak memotong pembicaraan, dimana nabi shalallahu alaihi wassalam pernah berbicara kepada orang-orang lalu tiba tiba datang seorang Ara Badui bertanya kepada beliau shalallahu alaihi wasalam tentang hari kiamat. Namun nabi tetap terus melanjutkan pembicaraannya, kemudia ketika sudah usai, maka nabi bertanya, "Mana tadi yang bertanya tentang hari kiamat? Lalu nabi pun menjawab tentang hari kiamat. 13. Tidak Tergesa-gesa Ketika Berbicara Pembicaraan yang tergesa-gesa menyebabkan isi pembicaraan tidak bisa dipahami dengan baik oleh pendengar. Dalam berbicara, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam tidak pernah tergesa-gesa, sehingga setiap orang yang duduk menyimaknya akan memahami apa yang beliau katakan. Dalam sebuah hadits disebutkan, "Rasulullah tidak berbicara dengan cepat sebagaimana kalian berbicara dengan cepat. Beliau berbicara dengan tanda pemisah yang akan dapat dihafalkan oleh para pendengarnya." HR. Bukhari Bagi teman-teman yang memang sudah bawaan dari lahir berbicara cepat dan terkesan tergesa-gesa mungkin bisa dilatih supaya lebih pelan. Insyaallah sedikit demi sedikit akan bisa. Berdoa dan meminta tolong kepada Allah ta'ala. 14. Merendahkan Suara saat Berbicara Hendaknya kita merendahkan suara kita ketika berbicara dengan orang lain. Sebab, dengan cara seperti itu dapat menyenangkan hati orang yang mendengarnya karena merasa dihargai. Sedangkan, meninggikan suara saat berbicara merupakan sikap meremehkan orang lain, serta dapat menimbulkan kebencian dan pertengkaran. Allah berfirman, "...dan pelankanlah suaramu, karena sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai." QS. Luqman 19 15. Berhati-hati dalam Memuji Adab yang terakhir saat berbicara ialah hendaknya berhati-hati ketika memuji seseorang. Apabila ada teman kita mampu meraih sebuah prestasi, maka kita boleh memujinya. Namun, harus hati-hati dalam memujinya. Karena, bila kita terlalu berlebihan dalam memujinya dikhawatirkan dapat menjadikannya lupa diri atau menjadi sombong. Maka hendaknya kita memujinya sewajarnya saja. Baca juga adab bercanda dalam Islam untuk diajarkan kepada anak Alhamdulillah, akhirnya selesai juga pembahasan adab berbicara dalam Islam berdasarkan hadits dan sunnah nabi yang shahih. Semoga bermanfaat bagi para pendidik dan peserta didik, ajarkan mereka adab-adab Islami supaya anak-anak dapat meniru akhlak para Salafus Shalih. Wallahu'alam [Dirangkum dari kitab Seri Adab Berbicara/Abu Hudzaifah at-thalibi/Media Shalih/1]
Simakulasan adab berbicara dalam Islam di bawah ini. 1. Berbicara yang bermanfaat. Dari Abu Hurairah Radhiyallahuanhu, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda, "Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak ia pikirkan, lalu Allah mengangkat derajatnya disebabkan perkataan itu. Dan ada juga seorang hamba
Klik tombol Play untuk mendengarkan artikel – Berikut 3 kultum singkat tentang adab dalam Islam yang dapat menyentuh hati dan memberikan hidayah. Dalam menjalani kehidupan, manusia tidak bisa bersikap semau-maunya. Ada tata krama yang harus diperhatikan saat melakukan segala sesuatu. Adab memiliki arti kesopanan, keramahan, dan kehalusan budi pekerti. Adab erat kaitannya dengan akhlak atau perilaku terpuji. Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun berdasarkan aturan agama. Norma tentang adab seringkali digunakan dalam pergaulan yang terjadi antar manusia, antar tetangga, dan antar kaum. Baca Juga 3 Contoh Ceramah Tentang Malam Lailatul Qadar, Singkat Tapi Menggetarkan Hati Makna adab juga dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan at Tirmidzi. Nabi Muhammad SAW bersabda "Jika seseorang mendidik anaknya menjadikan anaknya beradab maka itu lebih baik baginya daripada bersedekah setiap harinya setengah sha." HR. at-Tirmidzi Oleh sebab itu, guna mengingatkan kembali akan pentingnya adab dalam menjalani kehidupan, berikut 3 kultum singkat tentang adab dalam Islam. Contoh 1 Kebebasan dalam bermedsos ria tak jarang menimbulkan berbagai problematika di tengah masyarakat. Tak jarang informasi yang beredar tidak dapat dipertanggungjawabkan dengan adanya hoaks, fitnah, ghibah, namimah, gosip, fitnah, pemutarbalikan fakta, ujaran kebencian, permusuhan, kesimpangsiuran, informasi palsu, dan hal terlarang lainnya yang menyebabkan disharmonisasi sosial.
1Adab Berbicara Dengan Orang Tua Dalam Islam 1.1 Adab Berbicara 1.2 1. Berkata Baik Atau Diam 1.2.1 2. Tidak Mendahului Mereka Dalam Berbicara 1.2.2 3. Sedikit Bicara Lebih Utama 1.2.3 4. Dilarang Membicarakan Setiap yang Didengar 1.2.4 5. Jangan Mengutuk dan Berbicara Kotor 1.2.5 6. Jangan Senang Berdebat Meski Benar 1.2.6 7.

Hubungan antara sesama manusia tentunya tidak terlepas dari komunikasi verbal atau berbicara satu sama lain. Dalam Islam, ketika berbicara pun kita harus memegang teguh adab-adab yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw. Berikut ini adalah beberapa adab dalam berbicara yang perlu diperhatikan1. Berbicara yang baikKetika kita diberikan nikmat berbicara, maka berbicaralah hanya yang baik saja. Sebagaimana telah Allah perintahkan,يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًايُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenengan yang besar” [Al-Ahzab 70-71]Dalam kitab Shahihnya no. 6477 , dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيْهَا يَهْوِى بِهَا فِي النَّارِأَبْعَدَمَا بَيْنَ الْمَسْرِقِ وَالْمَغْرِبِ“Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak dipikirkan apa dampak-dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat”2. Tidak ghibahSalah satu penyumbang dosa terbesar manusia adalah lisannya. Banyaknya ghibah yang dilakukan membuat seorang ahli agama pun dapat masuk ke dalam neraka. Dalam kitab Shahih Muslim hadits no. 2589 dijelaskan,عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ ذِكْرُكَ أَخَأكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ اَفَرَاَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ إِنَّ كَانَ فِيْهِ مَا تَقُولُ فَقَدِاغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ فَقَدْ بَهَتَهُ“Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian apa itu ghibah ?” Para sahabat menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui. “Beliau berkata, “Ghibah ialah engkau menceritakan hal-hal tentang saudaramu yang tidak dia suka” Ada yang menyahut, “Bagaimana apabila yang saya bicarakan itu benar-benar ada padanya?” Beliau menjawab, “Bila demikian itu berarti kamu telah melakukan ghibah terhadapnya, sedangkan bila apa yang kamu katakan itu tidak ada padanya, berarti kamu telah berdusta atas dirinya”Baca jugaAdab bercandaAdab cukur rambut bayi dalam IslamAdab memotong rambut dalam IslamAdab menyamnpaikan nasihan dalam IslamAdab puasa Ramadhan3. Melihat wajah lawan bicaraJika berbicara secara langsung, maka pandanglah wajah orang yang berbicara tersebut. Hal ini akan membuat mereka merasa lebih dihargai. Dari ibnu Abbas, beliau berkata,إنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّخَذَ خَاتَمًا فَلَبِسَهُ قَالَ شَغَلَنِي هَذَا عَنْكُمْ مُنْذُ الْيَوْمَ إِلَيْهِ نَظْرَةٌ وَإِلَيْكُمْ نَظْرَةٌ ثُمَّ أَلْقَاهُ“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mempunyai sebuah cincin dan memakainya, beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Cincin ini telah menyibukkanku dari memperhatikan kalian sejak hari ini aku memakainya, sesaat aku memandangnya dan sesaat aku melihat kalian”. Kemudian beliau pun melempar cincin tersebut.”Shahih An Nasa’i 53044. AntusiasDengarkanlah orang lain yang berbicara dengan sangat antusias. Bahkan meskipun kita pernah mendengar hal tersebut sebelumnya, hendaklah kita tetap mendengarkan dengan baik.Ataa’ bin Abi Rabah berkata,إن الرجل ليحدِّثني بالحديث فأنصت له كأني لم أسمعه وقد سمعته قبل أن يولد“Ada seseorang laki-laki menceritakan kepadaku suatu cerita, maka aku diam untuk benar-benar mendengarnya, seolah-olah aku tidak pernah mendengar cerita itu, padahal sungguh aku pernah mendengar cerita itu sebelum ia dilahirkan.” Siyar A’laam An-Nubala 5/86Baca jugaAdab menghadiri pernikahan dalam IslamAdab i’tikaf di bulan RamadhanAdab berkurban dalam IslamAdab cukur rambut bayi dalam Islam5. Tidak memotong pembicaraanAdab selanjutnya ketika berbicara adalah tidak memotong pembicaraan. Orang yang suka memotong pembicaraan orang lain adalah orang yang sangat tidak sopan dan Al-Bashri berkata,إذا جالست فكن على أن تسمع أحرص منك على أن تقول , و تعلم حسن الاستماع كما تتعلم حسن القول , و لا تقطع على أحد حديثه“Apabila engkau sedang duduk berbicara dengan orang lain, hendaknya engkau bersemangat mendengar melebihi semangat engkau berbicara. Belajarlah menjadi pendengar yang baik sebagaimana engkau belajar menjadi pembicara yang baik. Janganlah engkau memotong pembicaraan orang lain.” Al-Muntaqa hal. 726. Tidak berdebatAda kalanya dalam sebuah pembicaraan terjadi perdebatan. Dalam Islam, perdebatan hal yang biasa terjadi namun hendaknya dihindari. Bahkan meskipun kita benar, kita sebaiknya mengalah agar tidak terjadi perdebatan yang panjang. Rasul pernah bersabda,ﻋَﻦ ﺃَﺑِﻲ ﺃُﻣَﺎﻣَﺔ ﻗَﺎﻟَﻘَﺎﻝ ﺭَﺳُﻮﻝ اﻟﻠَّﻪ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪ ﻋَﻠَﻴْﻪ ﻭَﺳَﻠَّﻢ ﺃَﻧَﺎ ﺯَﻋِﻴﻢ ﺑِﺒَﻴْﺖ ﻓِﻲ ﺭَﺑَﺾ اﻟْﺠَﻨَّﺔ ﻟِﻤَﻦ ﺗَﺮَﻙ اﻟْﻤِﺮَاء ﻭَﺇِﻥ ﻛَﺎﻥ ﻣُﺤِﻘًّﺎ ﻭَﺑِﺒَﻴْﺖ ﻓِﻲ ﻭَﺳَﻄ اﻟْﺠَﻨَّﺔ ﻟِﻤَﻦ ﺗَﺮَﻙ اﻟْﻜَﺬِﺏ ﻭَﺇِﻥ ﻛَﺎﻥ ﻣَﺎﺯِﺣًﺎ ﻭَﺑِﺒَﻴْﺖ ﻓِﻲ ﺃَﻋْﻠَﻰ اﻟْﺠَﻨَّﺔ ﻟِﻤَﻦ ﺣَﺴَّﻦ ﺧُﻠُﻘَﻪ“Aku menjamin sebuah istana di sekitar surga bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan walaupun dia dalam keadaan benar. Dan dipertengahan surga bagi seorang yang meninggalkan kedustaan walau dalam bercanda dan di bagian surga tertinggi bagi yang terpuji akhlaknya.” HR. Abu Dawud, dalam sunannya, no 4167Baca jugaAdab Terhadap Orang TuaAdab BerwudhuAdab Menjenguk Orang SakitMengenang Wafatnya Pedang Allah Khalid bin WalidHukum Membatalkan Perjanjian Dalam Islam7. Terlalu banyak bicaraSalah satu orang yang merugi adalah orang yang sangat banyak berbicara. Rasul sendiri telah memperingatkan mereka yang terlalu banyak bersabda, “Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh tempat duduknya di antara kalian dariku pada hari kiamat adalah orang-orang yang banyak bicara, orang yang memfasih-fasihkan cara bicaranya dan orang yang sombong.” HR. Tirmidzi8. Selalu jujurTeladan yang selalu dicontohkan oleh Rasul semasa hidupnya adalah selalu berkata jujur. Jujur dalam berbicara menunjukkan ke-Islaman seseorang, maka hendaknya kita selalu jujur dalam setiap perkataan bahkan dalam candaan عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًاDari Abdullâh bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, ia berkata “Rasûlullâh Shallallahualaihi wa sallam bersabda, Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta pembohong.” [ Ahmad I/384; al-Bukhâri no. 6094 dan dalam kitab al-Adabul Mufrad no. 386 At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan jugaDosa yang Tak TerampuniSumpah Pocong Dalam IslamPenyebab Terhalangnya Jodoh dalam IslamCara Menghindari Pelet Menurut Islamhukum akad nikah di bulan ramadhanItulah 8 adab dalam berbicara yang perlui dipedomani. Meskipun sepele, namun ingatlah bahwa banyak orang di kubur sana yang ingin kembali memperbaiki semuanya akibat perkataannya dulu. Semoga kita semua dijauhkan dari bahayanya berbicara. Aamiin.

.
  • gs76godnkr.pages.dev/376
  • gs76godnkr.pages.dev/253
  • gs76godnkr.pages.dev/181
  • gs76godnkr.pages.dev/64
  • gs76godnkr.pages.dev/159
  • gs76godnkr.pages.dev/37
  • gs76godnkr.pages.dev/312
  • gs76godnkr.pages.dev/312
  • gs76godnkr.pages.dev/169
  • kultum tentang adab berbicara